Senin, 07 Oktober 2019

PONDOK PESANTREN PATWA

               PONDOK PESANTREN PATWA



  1. Salah satu pondok pesantren yang akan peneliti kaji pada kali ini adalah Pondok Pesantren Attarbiyatul Wathoniyah (PATWA) Mertapada. Pondok Pesantren Attarbiyatul Wathoniyah (PATWA) Mertapada ini didirikan oleh Syaikhina KH. Ahmad Syathori, atas amanah dari guru-guru beliau seperti KH. Abbas, KH. Anas, KH. Akyas, dan para Kyai sepuh Buntet lainya. Bertujuan supaya dapat mengembangkan dan memajukan pendidikan Islam di samping kondisi dan keadaan masyarakat yang memang memerlukan pendidikan.
Pondok pesantren ini memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan pondok pesantren-pondok pesantren lainnya dari segi tradisi pembelajaran. Di pondok PATWA ini pada tahap Ibtida’ diajarkan kitab-kitab dan Nadzoman karya Kyai pendiri pondok pesantren tersebut yang berisikan simpulan serta ringkasan isi dari kitab-kitab yang rinci pembahasannya. Dari mulai ilmu alat (NahwuSorof), fiqih, tauhid, Bahasa Arab dan sebagainya. Setidaknya ada dua jenis bahasa yang terdapat dalam karangan-karangan almarhum pendiri pondok PATWA (KH. Ahmad Syathori dan KH. Moh. Burhanuddin Hafidz), yaitu bahasa Cirebon (Bebasan dan Jawa) dan bahasa Arab. Diantaranya adalah kitab Fiqh Muji Kaula yang berisikan makna dari kitabSafinatunnajah. Kitab Walyuhsinin yang berisikan Nadzoman Tauhid dan lain-lain,
Adapun tradisi lainnya yang sudah menjadi tradisi rutinitas tiap tahunnya adalah Hataman dan ImtihanHatamanbiasanya diadakan pada bulan Rajab, dari mulai Juz ‘Amma, Qiroah Hafs, Qiroah Warsydan Qiroah Ibnu Katsir. Sedangkan kalauImtihan diadakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Konsepnya memaparkan karya-karya keilmuan dari pendiri PATWA, pembacaan Nadzom Imritidan ulasan tentang Ushul Fiqh.

Oleh karena itu, penelitian ini akan lebih mengarah kepada Historisitas Tradisi yang pada kali ini dikhususkan di lingkungan pondok Pesantren Attarbiyatul Wathoniyah Mertapada-Cirebon. Terutama kajian pada tradisi keilmuan yang menjadi salah satu elemen penting dalam tradisi pesantren.

Penulis: Akhmad Haris
@ahariz10_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar